Mengevaluasi dan Menanggapi Unsur Pementasan Drama
Memahami drama berarti memahami jalan cerita beserta penokohannya khususnya dalam perwatakan. Mengevaluasi pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi dan penilaian mengenai pemeranan.
Dalam hal ini, kita dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan seseorang dalam memerankan tokoh dalam drama. Evaluasi terhadap pemeranan berkaitan dengan karakter, penjiwaan, ekspresi, suara, dan kemampuan aktingnya.
Perilaku tokoh berkaitan dengan perwatakannya. Watak tokoh harus konsisten dari awal hingga akhir drama. Watak yang dimiliki tokoh harus memungkinkan menjalin pertikaian yang berkembang mencapai klimaks.
Penokohan harus memiliki watak atau karakter yang kuat dan kontradiktif satu sama lain. Perbedaan watak atau perilaku tokoh inilah yang mampu menghidupkan cerita dalam drama.Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi. Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosiologis.
Selain dapat mengidentifikasi unsur naskah dan pementasan drama serta dapat memerankan tokoh dalam drama dengan baik, kalian juga harus dapat mengevaluasi pemeranan tokoh dalam pementasan drama yang kalian saksikan.
Evaluasi terhadap pemeranan dapat kalian tujukan pada bagian akting yang meliputi ekspresi dan gerak tubuh; suara yang meliputi volume, artikulasi, intonasi; keluwesan dan ketepatan karakter yang diperankan, serta penghayatan terhadap isi naskah.
Pemeranan tokoh dalam naskah drama akan tampak lebih tepat dan menarik apabila dalam memerankan tokoh, seorang pemeran memerhatikan aspek-aspek pemeranan sebagai berikut :
1. Pelafalan
Aspek pelafalan menekankan kejelasan lafal atau ucapan-ucapan dalam dialog.
Dalam hal ini, jangan sampai ada bagian dialog atau kata yang tidak jelas pengucapannya sehingga menimbulkan kerancuan pemaknaan atau menjadi kurang enak didengar.
Contoh: kata ayahanda (dialog ke-1 Abundari), jangan sampai diucapkan menjadi ayaanda; kata anakku (dialog ke-1 Abunawas) diucapkan dengan huruf [k] dobel, jangan sampai dibaca anaku, dan sebagainya.
2. Intonasi
Aspek intonasi berkaitan dengan nada dialog, penekanan dialog terhadap kata-kata yang dianggap penting, dan pembedaan nada bentuk dialog tanya, seruan, perintah, permohonan, dan sebagainya.
Contoh: kalimat “Paman Patih…” (dialog ke-4 Abundari) diucapkan tegas atau dengan nada tinggi sebagai ungkapan kesal atau marah, dan sebagainya.
3. Mimik
Aspek mimik berkaitan dengan ekspresi raut muka yang menampakkan karakter, misalnya gembira, sedih, takut, dan sebagainya.
4. Kinesik
Aspek kinesik menekankan pada dialog yang berupa bisikan. Biasanya aspek kinesik digunakan sebagai dialog dengan pendengar atau penonton, dialog tersembunyi yang tidak untuk diketahui tokoh lain, dan dialog dengan muatan tema atau karakter tertentu. Pada naskah di atas, aspek kinesik dapat diterapkan pada ungkapan narator.
5. Penghayatan
Aspek penghayatan meliputi kedalaman pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karakter keadaan atau situasi (susah, senang, dan sebagainya).
Komentar
Posting Komentar