NASKAH DRAMA "TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJK"[BUYA HAMKA] dengan perubahan

PEMAIN : Hayati, Zainudin, Aziz, Muluk, Jaka, Siti, Mandeh, Taufik, Dokter, Datuk
Durasi      : 45"
  BABAK I
                            

Prolog

Kisah ini dimulai ketika Zainudin pergi ke desa batipuh di Padang. Sejak berumur 9 bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul kemudian ayahnya yang bernama Pendekar Sutan.Di Padang ia tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah.Suatu ketika, hujan turun dengan lebatnya. Zainudin berteduh di sebuah  rumah. Zainudin pun mengungkapkan perasaannya kepada Hayati.



Zainudin          : Hayati mari kita berteduh,



Hayati             : Ya tuan, hujan semakin lebat.



Zinudin             : Hayati..... Setelah kedekatan kita beberapa hari ini, Saya menaruh hati    kepada
    Engkau. Kecantikan dan kebaikan mu telah terdengar sampai keseluruh desa. 



Hayati             : (Menatap) Jangan tuan terlalu membanggakan kelebihan yang saya punya.



Zainudin          : Hayati, sebenarmya ada hal yg ingin kusampaikan.

Hayati             : Apa itu tuan zainudin?

Zainudin          : Saya jatuh cinta kepadamu, kepada kelembutan dan keteduhan jiwamu.
                          Maukah Engkau menjadi kekasih hatiku?

Hayati             : Saya pun mencintai tuan. Bagai mencintai diri Saya sendiri. Saya bersedia.



(Tiba-tiba tiga penduduk desa datang)

Mandeh             : Lihat mereka, dua anak manusia yg sedang jatuh cinta. Itu... Tuan Zainudin
                          dan Hayati kan??

Jaka                  : Benar. Mereka sangat serasi! Tetapi,(Berpikir)  bukankah kita tak boleh
                          berkekasih orang yang berlainan suku dengan kita?

Mandeh             : Tapi mereka tampaknya saling mencintai. Apa pantas kita memutuskan
                            kedekatan mereka? Tak tega rasanya.

Taufik               : Aku ingin seperti mereka.

Jaka                  : Haaa???? Seperti mereka? Siapa jodoh kau Taufik?

Taufik               : Jangan menganggap remeh! Kau tak tahu saja. Barangkali aku lebih jago
                          dalam hal ini.

Mandeh             : Kau ini ada-ada saja(Tertawa menyindir,).Siapa yang mau dengan Engkau?
                          Si Laras, yang anak Tuan kadi  itu?

Taufik              : HMMMMM,,,,,,,,,(Tertawa malu).



Tiba – tiba datang seorang gadis desa suruhan datuk.

Siti                  : Tuan zainudin, datuk ingin bertemu denganmu.

Zainudin          : Benarkah?

Siti                   : Ya, Ia menyuruhmu  untuk menunggunya disini.

Zainudin          :Baiklah aku akan menunggu beliau disini.

Hayati             : Apa yang akan dikatakan Datuk? Perasaan ku tak enak.  Firasatku berkata
                           bahwa kita akan berpisah.

Siti                   : Hayati, mari kau pulang dengan ku.

Hayati             : Tidak Siti, Aku ingin mendengar apa yang akan di katakan Datuk.

Zainudin          :Tenanglah Hayati. Semua akan baik-baik saja.
                         Pulanglah Hayati. (Melihat ke arah Hayati) Hati hati dalam perjalananmu. Siti
                         tolong antarkan dia sampai ke rumah.

Siti                   : Baik tuan.



Mereka pun bertatapan dan berpisah. Siti dan Hayati pun pergi.

Datuk              : Zainudin, telah banyak nian pembicaraan orang yang kurang enak kudengar
                          terhadap dirimu dan diri kemenakan ku. Sekarang ku temui engkau untuk
                          memberikan nasehat, sebelum perbuatan berkelanjutan, lebih baik Tuan
                          tinggalkan Batipuh ini. Sebelum merusakkan nama kami dalam suku di
                          negeri ini.

Zainudin          : Mengapa Engku berbicara demikian, sampai membawa nama adat dan
                            turunan?

Datuk              : Harus hal ini yang saya sampaikan. Hayati harus menikah dengan orang
                           bersuku berkaum kerabat. Pergilah pulang dan bergegaslah.  Dia akan
                           kujodohkan dengan Azis pemuda terpandang dari desa seberang.

Zainudin          :  Bukankah Ayah saya juga orang padang?

Datuk              : ya benar, tapi... Ibumu orang Makasar. Di negeri beradat ini kemenakan
                           kami hanya boleh menikah dengan bangsa berkaum dan beradat! Setelah
                           kami bicarakan, dia lebih baik menikah dengan Aziz, orang berkaum adat
                           padang. (Melihat Zainudin sinis).

Zainudin          : Tapi kami saling mencintai.

Datuk              : Pergilah Zainudin dari negeri ini, demi kebaikan Hayati. Jika Engkau
                           memang benar cinta kepada Hayati, pergilah. Biarkan Hayati bahagia.
                           Pikirkan itu anak muda.



Datuk pun pergi.Dan Tak berapa lama Muluk pun datang.

Muluk              : (Cemas) Apa yang terjadi dengan Guru? Katakan Guru, Siapa yang telah
                          melukai hati Guru?

Zainudin          : Cintaku tak dapat bersatu dengan cinta Hayati. Dia telah di jodohkan dengan
                          laki-laki berkaum adat, dan terpandang. Ah nasib. (Memegang kepala).

Muluk              : Oh tuan Aziz, Saya kenal siapa dia. Dia tidak lebih baik dari guru. Dia
                           hanya memiliki kekayaan dari Ayahnya. Dia sering berganti-ganti pasangan.

Zainudin          : Benarkah itu Muluk??

Muluk              : Ya Guru. Tapi tenanglah, Hayati akan kembali padamu..... Jika Aziz telah
                           mati.

Zainudin          : Muluk, janganlah kau bergurau. Aku lagi tak berdaya.  Htiku sedang hancur.

Muluk              :Sudahlah Guru, lepaskanlah dia. 
                         (menemukan ide) Bukankah guru punya bakat mengarang yang cukup bagus.
                           Lebih baik kita
                          pergi ke Surabaya untuk menyalurkan bakat Guru sekaligus meninggalkan
                          segala kenangan di kota ini.

Zainudin          : Aku tak yakin tentang apa yang akan terjadi padaku kedepannya tanpa
                           Hayati di dekatku.

Muluk              : Guru, percayalah. Taka ada yang sia-sia apabila kita telah melakukan
                           semaksimal mungkin.

Zainudin          : (berpikir sejenak) Baiklah, Esok kita akan pergi. Kau akan menemaniku
                           bukan?

Muluk              : Tentu Guru. (Menepuk punggung Zainudin).

Mereka pun pergi ke Surabaya.



BABAK II



Di surabaya, Zainudin pun terkenal sebagai pengarang hebat dengan nama samaran "Z",ia mendirikan
perkumpulan tonil "Andalas", dan kehidupannya telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin pun melanjutkan usahanya dengan mendirikan penerbitan buku-buku. 
Ketika itu, Zinudin menggelar pertunjukan drama. Aziz dan Hayatipun di undang. Dan pertemuan pun terjadi.


Zainudin          : Oh.. Tuan Aziz! Dan... Hayati.(Sambil membungkuk sembari memberi hormat)



Aziz                 :  Tuan Zainudin??



Zainudin          : Ya benar. Ternyata kita berjumpa disini.



Aziz                 : Ternyata orang yang mensutradarai drama ini adalah Tuan Aziz,
                            yang berarti Sahabat kami kan? (Melihat ke arah Hayati)



Zainudin          : Benar sekali tuan. Sudah lama tinggal di kota Surabaya ini?



Aziz                 : Kami baru tiga bulan, karna pekerjaan. Saya ditugaskan untuk pindah ke Surabaya.



Zainudin          : Ajaib, sekian lama di surabaya baru sekali ini bertemu.(Tersenyum). Besok,
                          boleh tuan kerumah saya.



Aziz                 : (Aziz menerima telpon) , Baik tuan, Besok ada juga yang ingin saya katakan.



Zainudin          : Sepertinya, Tuan menerima kabar yang buruk. Lebih baik tuan ceritakan
                          sekarang. Barangkali Saya dapat membantu.



Aziz                 : (Berpikir sejenak, sambil melihat ke Hayati) Lebih baik Adinda nikmati
                          pertunjukan Tonil, karya Tuan Zainudin. Ada yang perlu kanda ceritakan kepada
                          Zainudin.



Hayati             : Baiklah Kanda. (Hayati keluar)



Aziz                 : Saudara, Saya bermaksud menitipkan Hayati kepada Tuan Aziz. (Melihat ke
                         arah Hayati).



Zainudin          : Mengapa Tuan bicara demikian? Apa kabar yang Tuan terima?



Aziz                 : Begini tuan, mungkin pada saat inilah Tuhan membalas segalanya. Saya telah
                          melarat sekarang. Saya telah di pecat dari pekerjaan Saya. Saya kahwatir akan
                          nasib Hayati.



Zainudin          : Kalau begitu, untuk sementara waktu, tinggalah terlebih dahulu di rumah Saya
                          sampai tuan mendapatkan pekerjaan.



Aziz                 : Tidak tuan, budi baik Saudara sudah terlalu besar kepada Saya. . Tak ada
                          balasan dari Saya.



Zainudin          : Itu bukan jasa, itu hanya kewajiban seorang sahabat kepada sahabatnya.



Aziz                 :  (Tersenyum) Terlalu baik Saudara ini. Esok Saya akan pergi ke luar kota untuk
                          mencari pekerjaan. Saya tetap akan menitipkan Hayati di sini.



Zainudin          : (Berpikir sejenak) baiklah, saya tidak keberatan istri saudara tinggal di sini.
                          Tetapi, pikirkanlah kembali keputusan Saudara. (Memegang pundak Aziz)



Aziz                 : Keputusan Saya telah buat Tuan Zainudin.



Zainudin          : Baiklah kalau demikian, kalau pekerjaan sudah tuan dapatkan, boleh Hayati tuan
                          jemput atau Saya juga bersedia mengantarkannya.(Rangkulan)



Aziz                 : Saya percayakan Hayati sepenuhnya kepada Engkau Tuan.



Zainudin          : Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Lebih baik untuk malam ini Tuan
                           Aziz dan Hayati ikut Saya pulang dan beristirahat di Rumah Saya. Besok baru
                           Tuan pergi ke luar kota. Tuan kelihatan sangat lelah.



Aziz                 : Baiklah tuan, Saya pun kasihan melihat Hayati. Dia pasti terpukul mendengar
                           berita ini. (Memanggil Hayati) Hayati.... Hayati... Mari kita pulang bersama
                            tuan Zainudin.



Hayati             : Di rumah tuan Zainudin? Mengapa? Apa yang terjadi kanda?



Aziz                 : Tidak ada apa-apa Hayati. Tuan Zainudin menawarkan pertolongan, tak baik
                           jika kita menolaknya.



Hayati             : Baiklah kanda.



Mereka pun pergi bersama-sama.




BABAK III



Setelah kepergian aziz, keesokan harinya terdengarlah kabar bahwa aziz telah meninggal dunia, dan datang sebuah surat berisi pesan dari aziz bahwa untuk meminang hayati sebagai istri zainudin.



Zainudin          : Duduklah, sudahkah engkau membaca surat dari suamimu?



Hayati             : Sudah, apa yg harus saya lakukan. Dia telah pergi meninggalkan aku.
                          Bagaimana dengan nasib saya? Maukah Engkau mengulang kisah kita dulu?



Zainudin          : Maaf hayati...



Hayati             : Mengapa engkau menjawab sekejam itu kepadaku, zainudin? Sekalikah pupus
                          dari hatimu keadaan kita? Jangan kau jatuhkan kepadaku hukuman yang begitu
                          ngeri.



Zainudin          :Begitulah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang kepadanya. Dan lupa
                          kekejaman dirinya sendiri kepada orang lain. Bukankah kau telah berjanji,
                         seketika Saya di usir. Kau berjanji akan bersamaku, tapi kenyataanya apa??
                         Sudahlah Hayati lebih baik kau pulang sekarang.



Hayati             : Tidak Zainudin, Saya tak akan pergi. Saya tak perlu kau beri makan, Saya hanya
                           perlu dekat kau, Zainudin.



Zaimudin         :Tidak hayati! Kau musti pulang ke padang. Negeri minang kabau. Besok hari
                          senin kapal VAN DER WIJK akan berangkat dari surabaya ke tanjung periok.
                           Lalu akan terus ke padang. (sambil menyerahkan sejumlah uang) gunakanlah
                           uang ini hayati. (Pergi kebelakang)



Mendengar perkataan Zainudin, Hayati pun merasakan keecewaan mendalam. Dan Muluk pun masuk



Muluk              : Sudahkah kau siap meninggalkan zainudin ?



Hayati             : Sudah, tanda peringatan apakah yang akan dapat dibawa dari rumah ini, bang
                          muluk?



Muluk              : Bawa sajalah ini (memberikan foto Zainudin ) sekurang-kuraangnya akan    
                          menjadi peringatan.



Hayati             : (menerima foto dan meletakan kedalam tasnya)



Muluk              : mengapa tidak disimpan didalam peti ?



Hayati             : supaya mudah membawanya kalau akan dilihat .



Muluk              : Hayati, sebenarnya tak sampai hatiku melepaskan engkau tetapi apakah dayaku.



Hayati             :Sampai hati betul zainudin menyuruhku pulang, tapi biarlah, biarkan lah aku
                         pergi.



Hayati pun pergi menuju pelabuhan dan berangkat dengan KAPAL VAN DER WIJCK.





Zainudin          : Bang Muluk kemana Hayati? Apakah dia sudah pergi?



Muluk              : Hayati telah pergi tuan 3 jam yang lalu.



Zainudin          : Saya harus mengejarnya. Bang muluk saya akan berangkat ke Jakarta dengan
                           kereta api nanti malam. Hayati akan saya jemput kembali akan saya bawa
                           pulang kemari.



Muluk              : Inilah keputusan yang sebaik baiknya guru. Saya ikut guru.



Ketika Zainudin berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba penjual koran pun datang dengan berita mengejutkan. Sebuah surat kabar terbit yg berisi kabar bahwa kapal VAN DER WIJCK tenggelam. Mendengar kabar itu badan Zainudin gemetar dan koran itu dibacanya terus. Zainudin pun langsung pergi ke rumah sakit mencari Hayati.



Zainudin          : (melihat ke arah koran) Akh tak kan sempat membaca koran sore ini.



Muluk              : (Terkejut)Tuan, sebentar. Bacalah ini.



Zainudin          : Kau ini Muluk membuang waktu saja. (Menerima dan membacanya) Hayati.......



Muluk              : Bangunlah Guru, lebih baik kita cari Hayati di rumah Sakit.



Sesampainya di Rumah sakit.



Dokter             : Anda tuan zainudin?



Zainudin          : Iya, darimana tuan tau?



Dokter             : Ketika perempuan ini dibawa kemari, kepalanya yg berdarah diikat dengan
                          selendang ini. Dari dalam selendang ini sebuah foto tertulis nama zainudin



Zainudin          : (melihat hayati) Hayati....



Hayati             : (terbangun) Kau.. Zain...



Zainudin          : Iya hayati, aku disini. Kuatkanlah kau menahan rasa sakit ini hayati.



Dokter             : Dia terlalu parah, darah terlalu banyak keluar dari lukanya. Paru parunya pun
                           penuh dengan air.



Zainudin          : Lakukan segala cara demi kesembuhannya Dok. Lakukan..



Dokter             : Barang-barang di rumah saki ini tidak memadai.



Hayati             :Zainudin(Memegang tangan Zainudin). Zainudin kekasihku, cahaya kematian
                          telah terbayang di muka ku. Cuman, jika ku mati..... hatiku telah senang,
                          sebab....  Engkau telah ada di samping ku sekarang.



Zainudin          :Hayati, kuatkanlah. Aku akan di sini menunggu sampai engkau sembuh.
                          tenanglah. Hidupku hanya buat kau seorang Hayati.



Hayati             : (Tersenyum) Dan rasa cintaku telah tenggelam dalam lautan kasih sayangmu.



Zainudin          : (memegang tangan hayati). Hayati...........





Hayatipun telah pergi.
Sepeninggal hayati, Zainudin terus sakit-sakitan menahan kerinduan akan hayati hingga akhirnya ia pun pergi menyusul hayati. NW_




                                                            TAMAT





Komentar

Postingan Populer